PASSAGE
Artist Talk oleh I Ketut Suwidiarta
Minggu, 30 Juni 2013
Pukul 17.00 wita
Di Lingkara PhotoArt Gallery
Jl. Merdeka IV no 2, Denpasar
Organizer GFAM (G-FiveArtMovement)
Pengantar
Sastrawan India ternama Rabindranath Tagore pernah berujar bahwa manusia ibarat pengelana ke dunia asing, mengembara ke dunia luar dan akhirnya menuju kuil pemujaan pada diri sendiri. Rabindranath Tagore yang kemudian dikenal dunia lewat karya sastranya Gitanjali merupakan orang asia pertama yang meraih nobel sastra. Sebagai mahasiswa seni yang haus akan pengetahuan dan dunia luar, Ketut Suwidiarta acapkali mendengar nama ini disebutkan dalam diskusi sastra dan nama yang cukup populer di kalangan mahasiswa di Jogjakarta yang mana sebuah Universitas Visvabharati yang didirikan olehnya di Santiniketan, West Bengal India yang kemudian menginspirasi berdirinya Taman Siswa di Jogjakarta.
Selanjutnya, Ketut Suwidiarta mengetahui bahwa banyak tokoh tokoh dari india yang mempunyai pengaruh luas secara internasional yang tentunya menjadi kebanggaan dunia timur seperti Gandhi (pejuang kemanusiaan dan bapak bangsa India), Swami Vivekananda (tokoh Hindu pertama yang berbicara di pertemuan antar agama di Chicago), Arubindo (tokoh pendidikan), Mother Theresa (tokoh kemanusiaan) dan banyak tokoh lainnya yang menginspirasi.
Ucapan Rabindranath Tagore tersebut seperti magnet yang membuat Ketut Suwidiarta terinspirasi untuk menjelajah dunia timur terutama India. Pada akhirnya Ketut Suwidiarta mendapatkan kesempatan belajar ke India untuk melanjutkan kuliah Strata 2 lewat ICCR( Indian Council Cultural Relationship) dengan jurusan lukis di Rabindra Bharati University. Selanjutnya mimpi atau obsesi Ketut Suwidiarta tentang India menjadi kenyataan. Menjadi mahasiswa seni rupa, bukan hanya memberikan kesempatan buat Ketut Suwidiarta untuk mengetahui bagaimana seni India berkembang dari masa lampau sampai pada perkembangan termutakhir, tapi secara langsung bisa menyaksikan bagaimana kebudayaan india masih lestari dalam konteks kekinian. Kalau menilik kebelakang sebelum bangsa bangsa eropa menjelajahi timur dan kemudian memulai kolonialisasi, hubungan India dengan Indonesia demikian eratnya. Beberapa universitas jaman itu seperti Nalanda University, Benaresh University merupakan tempat-tempat yang kerap menjadi tempat belajar orang-orang nusantara di jaman itu.
Di India kesempatan dua tahun Ketut Suwidiarta pergunakan untuk menjelajahi India di daerah selatan, utara dan timur untuk melihat peninggalan bersejarah, tempat tempat suci, orang-orang dan kultur yang beraneka ragam. Bagi Ketut Suwidiarta yang berkutat di ranah Seni rupa, kesempatan melihat secara langsung tentunya akan memperkaya kekayaan visual. Learning through experience sungguh bermaksa ditengah gempuran sosial media, dimana komunikasi dan informasi demikian cepat tapi menawarkan kedangkalan. Sebuah teknologi yang memudahkan setiap orang mengakses berita tapi kehilangan obyektivitas kerena bias informasi bisa terjadi. Melihat langsung berarti kita adalah pembawa berita pertama karena semua indra mendapat sentuhan langsung ke sumbernya. Ibarat mencari air, kita langsung mengambil ke sumber air. Demikianlah Ketut Suwidiarta menganalogikan kenapa datang ke India langsung tentu berbeda dengan kita mengetahuinya lewat sosial media seperti internet, buku dan sumber lainnya
Kesempatan kedua berkunjung ke India akhirnya Ketut Suwidiarta berkesempatan mempelajari Natya Sastra dan berkesempatan mengunjungi Delhi, ibukota India dan tentunya tempat tempat bersejarah menjadi tempat destinasi Ketut Suwidiarta.